Punya Pasangan Beda Agama mengasikan tapi Lebih banyak Polemik nya

Mempunyai kekasih idaman adalah impian semua orang di dunia ini apa lagi yang mempunyai kriteria yang sama, yang saling mengerti, saling menghargai, dan mencintai satu sama lain adalah impian semua orang. Namun di zaman yang serba medsos ini mempunyai pasangan seperti itu adalah hal langka, mungkin sebentar lagi bakal jadi fosil yang berbentuk sifat, kalau fosil kan bentuk nya benda, tapi kali ini beda, dengan yang kata kerja yang berbentuk sifat. Kenapa saya bisa berkata demikian karena 1001 kemauan wanita sekarang sangat sulit di tebak kemauannya seperti apa. Bahkan bisa sampai stres bahkan gila jika terlalu menuruti kemauan nya yang gk jelas Namun tidak dengan yang satu ini, ia memang beda agama tapi ia benar-benar beda dengan wanita yang lain, bahkan berbeda dengan wanita yang satu agama dengan saya.
Saya berani mengatakan hal ini karena memang kenyataannya seperti itu, mereka meminta loyalitas kepada kita, tapi seperti memeras seperti oknum berseragam coklat. Aneh rasanya yang satu agama, yang saling mengerti ajaran nya satu sama lain bisa-bisanya mempunyai sifat buruk seperti itu. Untungnya saya mengerti sifat manusia yang hatinya tidak seperti batu yang gampang berubah-ubah. Maka nya tuhan selalu berfirman maka kuatkan lah hati kita supaya tidak mudah terombang-ambing oleh hukum sosial. Asikk…
Hukum sosial yang seperti apa? Contoh nya ketika orang berbuat baik maka saya akan baik, jika tidak berbuat baik maka saya tidak akan berbuat baik, itu contoh kecilnya saja, berarti kita berbuat baik itu hanya kepada Allah dan niatkan itu selalu.
Rasanya mendapatkan cinta seperti itu sangat jarang saya dapatkan, hingga kadang heran sendiri ko masih ada perempuan yang baik nya seperti ini dan tidak pernah neko-neko meminta yang aneh-aneh. Sebulan saya berpacaran dengan nya bucin pun tak tertahan hingga kadang setiap hari kita telfonan dan ketemu.
Seperti yang saya katakan polemik pertama yang sering terjadi adalah ketika kita ingin melanjutkan hubungan ke jenjang yang serius maka hanya ada satu pilihan agar anak keturunan kita sebenarnya bakal ikut kemana, karena orang tua lah yang menentukan nasib agama anak nya sejak kecil. Tak hirau nya delima itu terus saling menghantui, ternyata sesulit ini cinta beda agama, yang dua insan saling mencintai dan tidak mau ada yang berpisah .
Polemik yang kedua, adalah ketika orang lain saling silahturahmi kerumah pasangan nya masing-masing kadang yang mereka bawa itu martabak, roti bakar, buah-buahan dll kalau kita ini beda lagi bawa buah tangan nya, bukan pada umumnya. Kita malah bawa masalah pas ngomongin ke jenjang yang lebih serius lagi, yang ada ujung-ujungnya ribut lagi.
Polemik yang ketiga, adalah saya tahu kita beda agama tapi masalah nya di agama saya gk ada orang yang seperti dia. Walaupun semua manusia sama saja, tapi tak pernah satu pun orang yang saya temuin itu seperti dia baik nya.
Polemik yang keempat, kadang kita beda pandangan hidup secara personal, wajar saja satu RT saja kadang beda prilaku atau prinsip, apa lagi ini sudah beda agama, namun bedanya disini pandangan nya secara umumnya, mungkin karena kebiasaan saja dan belum mengerti satu sama lain.
Hikmah yang di dapat adalah hidup memang sebuah pilihan, namun ketika kita tidak memilih itu juga sebuah pilihan.