Ada yang Lebih Lucu Dari Angka 24, Ucapan Mentri P2MI
SAREKAT – AKTUAL, Ternyata selama ini yang Spongebob ucapkan apa yang lebih lucu dari angka 24 bukan 25, tapi pernyataan Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir Karding.
Dalam acara peresmian Migrant Center di Undip, Pak Menteri nyeletuk solusi pamungkas buat angka pengangguran di Indonesia yaitu kerja aja ke luar negeri yang dengan bangganya ucapan itu dilontarkan. Kadang aneh kenapa pejabat Indonesia dengan bangganya ketika WNI kerja di luar negeri malah dijadikan prestasi.
Harusnya negara sadar dong ketika WNI itu kerja di luar negeri artinya negara gagal menyediakan lapangan pekerjaan dan gagal mengayomi kebutuhan masyarakat, bukan nya malah di buat suatu kebanggaan, aneh tapi nyata itu Indonesia.
“Di Jateng aja ada hampir sejuta pengangguran. Jadi, kalian—mahasiswa—kalau nggak terserap, ya pikirkan buat ke luar negeri,” katanya dengan percaya diri, seolah semua orang punya paspor dan modal buat bayar agen.
Lucu banget nggak sih. Kita di dalam negeri kerja susah, lapangan kerja minim, malah dikasih saran buat cabut. Ini kayak rumah bocor, bukannya dibenerin atapnya, malah disuruh pindah kontrakan.
Lebih lucu lagi, pas ditanya kenapa di dalam negeri lapangan kerja minim, Pak Menteri ngelempar ke Kementerian Ketenagakerjaan. Karena itu bukan urusan beliau. Beliau cuma ngurusin jembatan orang buat nyebrang ke negara lain. Ngomongin dalam negeri? Bukan zona tanggung jawab.
Yang bikin lucu adalah, menurut beliau, kerja di luar negeri itu bukan sekadar pelarian atau alternatif. Tapi “pilihan paling utama.” Wah, keren. Jadi Indonesia ini negara transit ya? Tempat lahir dan sekolah, tapi kerja dan berkarier nya di negeri orang.
Dengan pengangguran nasional yang disebut nyaris 70 juta orang menurut BPS, solusi kementerian bukan memperbaiki ekosistem kerja, bukan pula mempermudah UMKM atau buka lapangan pekerjaan, tapi suruh cabut rame-rame ke luar negeri.
Jadi Teringat Ucapan Bahlil Lahadlia
Saya jadi teringat ucapan Mentri P2MI 14 Februari 2025 dengan pernyataan Bahlil Lahadlia yang saat itu viral hastag #kaburajadulu dan Bahlil pun mempertanyakan nasionalisme WNI yang bekerja di luar negeri.
Nah kalau temen-temen berpikir untuk pindah ke luar negeri, apa saya malah meragukan nasionalisme kalian”, tuturnya.
Pernyataan ini jadi kontradiksi yang sebenarnya tak patut untuk di sandingkan dengan pernyataan Mentri P2MI. Tapi benar saja jika kita sandingkan ini kok malah jadinya kontradiksi banget. Dalam artian begini warga ini harus ngikutin omongan siapa gitu loh di satu sisi Mentri Bahlil Lahadlia mengatakan kalau WNI yang kerja di luar negeri malah di bilang gk punya nasionalis, tapi di sisi lain pernyataan Mentri P2MI ini membuat WNI malah makin ragu sama negara sendiri yang gk menyediakan lapangan pekerjaan yang layak.
Minim Solusi
Lagi pula pun, solusi dari negara itu cuma menyediakan job fair sama pendaftaran CPNS, ada P3K pun itu harus jadi honorer dulu dan jadi honorer itu persyaratan nya gk jelas ko, enggak lebih dari itu, selebihnya hanya pihak-pihak swasta saja yang menyediakan lapangan pekerjaan, itu pun terhitung sedikit karena mereka pun terbatas dalam hal kemampuan dan menyediakan skill yang harus disesuaikan dengan kelulusan sekolah dan kuliah dan itu pun tak bisa mereka (pihak swasta) lakukan sendiri.
Hal ini kaya jalan sendiri-sendiri sesuai dengan kesibukannya aja, tanpa ada kontrol saat pembukaan lowongan kerja, tanpa ada solusi yang tepat untuk mengatasi pengangguran. Padahal setiap tahunnya lulusan sekolah dan kuliah itu tak bisa terbendung karena memang kalau sudah waktunya lulus yaa lulus. Mentok-mentok pun pemerintah hanya menyediakan pelatihan kerja dan itu pun persyaratan pelatihan kerja nya aneh-aneh, dan itu juga gk menjamin jika orang itu sudah selesai pelatihan kerja belum tentu langsung dapat kerja langsung dan itu banyak terjadi di berbagai kalangan.
Kalau begini caranya, ke depannya KTP sekalian aja dibuat versi internasional. Biar gampang buka rekening di bank luar atau daftar BPJS versi global.
Pak Menteri, kami paham niatnya baik. Tapi kalau solusi pengangguran adalah ekspor tenaga kerja, mungkin kita bukan kekurangan kerjaan, tapi kekurangan yang mikirin cara kerja negara ini. Sungguh, ada yang lebih ngeri dari jadi pengangguran: jadi warga negara yang disuruh nganggur di negeri sendiri, tapi kerja di negeri orang.