Sudah Saatnya Ormawa/OKP Bukan Sekedar Belajar Kepemimpinan, Tapi Peningkatan Kualitas Skill Untuk Dunia yang Cepat Berubah
SAREKAT – OTOSIRKEL, Setiap kali kita mendengar kata organisasi mahasiswa (Ormawa) atau organisasi kepemudaan (OKP), yang terbayang adalah rapat panjang, diskusi hangat, hingga pelatihan kepemimpinan. Ya, selama ini, Ormawa dan OKP diposisikan sebagai tempat belajar menjadi pemimpin. Namun, mari kita jujur apakah dunia saat ini masih cukup ditaklukkan hanya dengan kemampuan memimpin?
Maka perlu kita pikirkan, kita sekarang ini hidup di era yang serba cepat, penuh ketidakpastian, dan sarat persaingan. Dunia kerja bukan hanya menuntut siapa yang pandai memimpin, tetapi juga siapa yang mampu beradaptasi, berpikir kritis, dan menguasai teknologi. Realitanya, banyak alumni organisasi yang bangga dengan “jam terbang rapat”, tetapi gagap saat berhadapan dengan tuntutan dunia kerja modern. Mereka lebih suka berdebat dengan hal-hal yang absurd dan abstrak yang kadang gk di butuhkan di dunia kerja, dan hal itu tak berpengaruh sama sekali sama CV yang di buat untuk ngajuin lamaran kerja.
Zaman sekarang jika ingin melamar pekerjaan CV yang kita kasih dengan bangganya menaruh banyak pengalaman organisasi itu tak berpengaruh lagi. Karena dunia sekarang ini makin sempit, bukan lagi soal persaingan kerja, tapi soal siapa yang bisa beradaptasi dengan cepat, zaman sekarang pekerjaan yang banyak pun bisa dilakukan oleh satu dua orang saja, Karena teknologi berubah begitu cepat, tanpa kenal waktu dan keadaan, dan skill itulah yang tidak di miliki oleh Ormawa/OKP, mereka masih mengandalkan kerjasama padahal kenyataannya gk juga bisa direalisasikan.
Kenapa Harus Berubah?
Menurut laporan World Economic Forum (WEF) 2025, setidaknya 50% jenis pekerjaan akan berubah drastis karena teknologi, sementara 9 dari 10 perusahaan global mencari SDM dengan keterampilan digital, analitis, dan adaptif. Artinya, kalau anggota Ormawa/OKP hanya mengandalkan soft skill klasik seperti public speaking dan manajemen acara, mereka akan tertinggal jauh.
Hari ini, skill yang dibutuhkan bukan hanya memimpin rapat atau mengatur agenda, tetapi:
– Digital Literacy: Paham cara kerja teknologi, data, dan media digital.
– Critical Thinking & Problem Solving: Bisa berpikir cepat dan logis dalam situasi kompleks.
– Creative Thinking & Innovation: Bukan sekadar ikut arus, tapi menciptakan terobosan.
– Entrepreneurship & Adaptability: Tidak hanya siap bekerja, tetapi siap menciptakan pekerjaan.
Tanpa itu semua, pengalaman organisasi hanya akan jadi nostalgia, bukan modal masa depan.
Ormawa/OKP Sebagai Laboratorium Masa Depan
Jika Ormawa/OKP ingin tetap relevan, mereka harus bertransformasi. Tidak cukup hanya fokus pada pelatihan kepemimpinan, tapi juga menjadi pusat pengembangan keterampilan masa depan (future skills).
Bayangkan jika setiap kegiatan organisasi tidak hanya diisi seminar motivasi, tetapi:
Workshop Digital Marketing & Data Analysis untuk meningkatkan daya saing di dunia kerja.
Kelas Public Speaking 4.0 yang membahas komunikasi efektif di era digital.
Pelatihan Startup & Entrepreneurial Mindset untuk mencetak pengusaha muda, bukan hanya pencari kerja.
Kolaborasi dengan Industri dan Startup agar anggota mendapat pengalaman nyata.
Jika ini dilakukan, Ormawa/OKP bukan lagi sekadar tempat kumpul-kumpul, tapi inkubator talenta masa depan.
Mengapa Mendesak?
Karena dunia tidak menunggu. Kompetisi global sudah terjadi sekarang. Jika kita tetap nyaman dengan pola lama, kita hanya akan melahirkan pemimpin yang “jago orasi, tapi tidak siap teknologi”. Dan percayalah, itu bukan sosok yang dibutuhkan zaman ini.
Ormawa/OKP punya potensi luar biasa untuk menjadi lokomotif perubahan. Mereka punya massa, jaringan, dan energi muda. Tinggal satu pertanyaan: beranikah mereka keluar dari zona nyaman dan bertransformasi?
Sudah saatnya kita ubah paradigma. Organisasi bukan hanya soal “belajar memimpin”, tetapi juga soal memperlengkapi diri untuk dunia yang bergerak cepat. Karena di era ini, pemimpin sejati bukan hanya yang bisa bicara, tapi yang mampu bertindak adaptif, kreatif, dan solutif.