Catatan

Sebuah Nestapa Di Umurnya yang Senja

SAREKAT – CATATAN, Pada akhirnya semua yang diimpikan dan semua yang dituju hanya akan menjadi kekosongan yang tiada hentinya. Kesepian pada akhirnya menjadi sebuah momok yang menakutkan, jika tak terbiasa menghadapinya. Terasa tak adil jika tak bisa mendapatkan semua yang kita inginkan dan impikan. Teman sebaya ternyata sudah ada yang memiliki semua nya, apakah itu adil?

Jika direnungkan apa yang sudah terlewati merasa sama ketika saling melangkah, namun pada kenyataannya ada yang telat sampai finish? Pertanyaan itu selalu muncul di kepalanya tanpa sadar.

Namun ada pula yang sama melangkah tapi ia malah terpeleset ke jurang yang dalam. Tanpa henti memikirkan hal ini, di semenuju umurnya yang senja. Berbagai cerita terus terbentuk setiap hari nya, tanpa henti merasakan semua yang terjadi.

Masih pantaskah menuju umur yang senja kita masih bersandar pada impian kita?
Apakah sangat pantas menuju umur yang senja kita masih bersandar pada tembok harapan?
Di ujung tanduk yang tiada harapan lagi, di usianya yang harusnya sudah berkepala dua ia masih saja menunggu keajaiban berharap alam berpihak kepadanya.

Nestapa yang tiada henti di hari-harinya yang sepi, tanpa kekasih, tanpa cinta, namun masih berdansa di tengah arus harapan dan keinginan.

Ku coba untuk menghentikan langkahnya namun ambisinya masih terlihat, tapi ternyata itu ambisi yang kosong. Sepertinya ia lelah berjuang sendirian melawan dunia. Malang nasibnya harusnya kubur saja ambisi dan impian nya itu.

Tapi apa artinya semua nya itu? Bahkan dunia selalu mencampakkan nya, ia tetap saja mencoba berlari dan melompat seakan tiada lelahnya. Apa lagi yang belum ia rasakan?
Hanya satu yang belum ia rasakan, di cintai dan mencintai, bahkan orang yang benar-benar ia cintai selama bertahun-tahun lamanya akhirnya lepas dari dekapan nya.

Nestapa yang tiada hentinya yang ia rasakan, sampai kapan semua ini berakhir? Sampai kapan lembaran kertas terus ia robek demi menghilangkan narasi buruk di hati dan pikiran nya. Terlihat sangat perih di zaman modernitas yang penuh dengan kepalsuan ini, ia malah banyak berharap agar bisa membuktikan kepada orang yang dulu ia cintai, bahwa ia berhak mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi, padahal semua nya semu.

Admin Sarekat

Menghidupkan Suara Yang Tersekat di antara suara lainnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *