Sebuah Kekhawatiran Tentang Era Internet Dan Musnahnya Konten Kreatif
SAREKAT – CATATAN, Dulu, blog dan website ramai sekali dikunjungi karena jadi sumber utama informasi. Penghasilan para penulis, videografer, sampai illustrator bersumber dari iklan yang tayang di web nya. Kehadiran AI seperti ChatGPT, pola konsumsi informasi berubah drastis. Orang sekarang lebih memilih bertanya langsung ke AI timbang cari di Google atau mengunjungi situs-situs pribadi. Akibatnya, trafik ke web menurun drastis, dan pendapatan iklan pun ikut layu.
Ironisnya lagi, ChatGPT hanya omong kosong karena ia mendapatkan ilmunya dari konten-konten tersebut yaitu hasil kerja keras para kreator. Tapi ketika tidak ada lagi insentif finansial untuk terus menciptakan, para kreator mulai berhenti menulis, membuat video atau berbagi ide. Jika ini terus berlanjut, kita akan masuk ke siklus mematikan seperti AI menghasilkan konten dari sumber yang tidak lagi kredibel dan tidak diperbarui lagi, menciptakan internet yang — dalam tanda kurung (mati), penuh dengan echo dari masa lalu.
Tanpa dukungan nyata kepada para kreator, konten orisinal semua nya bakal punah. Maka dari itu, penting untuk tetap mendukung sumber aslinya, entah dengan kunjungan, donasi, atau sekedar membagikan karya-karya konten kreator ini. Internet yang hidup hanya bisa bertahan jika manusianya tetap berkarya, jika tidak ada karya maka akan mati.
Di era digital ini, kita tengah menyaksikan fenomena yang disebut “Dead Internet Era”– saat dimana konten di internet terasa makin monoton, didaur ulang, bahkan terasa seperti buatan mesin. Kekhawatiran ini bukan hanya soal kualitas informasi, tapi juga nasib para konten kreator yang selama ini menjadi tulang punggung ekosistem digital.