Puteri Remaja Jakarta 2025 Ajak Anak PAUD Cegah Stunting Lewat Edukasi Gizi Sejak Dini
SAREKAT – JAKARTA, 27 Juli 2025 — Hari itu, matahari bersinar lembut di langit Jakarta ketika Nayyara Azarine Farrashila—yang akrab disapa Arin—melangkah masuk ke halaman sebuah PAUD di pinggiran kota. Senyum anak-anak menyambutnya hangat, penuh rasa ingin tahu. Mereka belum tahu bahwa hari itu akan menjadi hari yang istimewa, bukan hanya karena kedatangan seorang Puteri Remaja Indonesia Jakarta 2025, tetapi karena Arin membawa sesuatu yang lebih dari sekadar gelar—ia membawa harapan.
Kunjungan Arin ke PAUD ini bukan sekadar seremoni. Ia hadir sebagai duta remaja yang membawa misi penting: menanamkan kesadaran gizi sejak usia dini, mencegah stunting, dan menumbuhkan nilai sosial sejak anak-anak masih sangat belia. Ia tidak datang dengan pidato kaku atau seremonial formal, melainkan dengan pendekatan personal yang hangat dan penuh empati.
Di ruang kelas mungil itu, Arin duduk bersila bersama anak-anak. Ia memperkenalkan konsep sederhana “Isi Piringku”—sebuah panduan visual tentang komposisi makanan sehat. Tanpa kata-kata rumit, Arin menjelaskan pentingnya sayur, protein, dan karbohidrat melalui cerita dan gambar. Anak-anak pun diajak bermain sambil belajar: menyusun gambar makanan, bernyanyi tentang buah-buahan, dan bahkan mendengarkan dongeng yang ia bacakan sendiri.
“Saat kecil, kita belum tahu pentingnya makan sehat. Tapi kalau dari sekarang mereka tahu, mereka bisa tumbuh lebih kuat dan lebih cerdas,” ujar Arin dengan penuh semangat.
Tak berhenti di sana, Arin juga menyerahkan goodybag berisi vitamin, susu, dan camilan sehat kepada setiap anak. Aksi kecil ini menggambarkan bahwa edukasi tidak cukup hanya lewat kata, tetapi juga aksi nyata. Ia juga berdialog singkat dengan guru dan orang tua, menyampaikan bahwa pencegahan stunting bukan hanya tugas pemerintah, tapi tanggung jawab bersama.
Yang paling menyentuh, mungkin adalah momen ketika Arin mengajak anak-anak untuk saling berbagi camilan, saling menyuapi dengan senyum lebar, dan berkata, “Berbagi itu sehat, lho!” Di momen itu, ia tidak hanya mengedukasi, tapi juga menanamkan nilai sosial: peduli, empati, dan saling menjaga.
Arin membuktikan bahwa menjadi remaja inspiratif bukan soal tampil sempurna di panggung besar, melainkan hadir dan memberi arti dalam langkah-langkah kecil. Kunjungan ini menjadi pengingat bahwa perubahan besar bisa dimulai dari tangan mungil yang diajak makan sehat dan hati kecil yang diajak peduli.