Kampus

Program Pinjaman Kuliah: Sebuah Jebakan Betmen berkedok riba

Kuliah semahal itu yang semuanya serba naik, uang kuliah naik, uang gedung makin lama makin absurd, katanya kampus negeri ini malah semangat nyari duit, udah kaya startup baru dapet funding.
Tiba-tiba muncullah sebuah ide entah dari mana yang bernama pinjaman pendidikan atau student loan, istilah yang sering digunakan, yang skemanya mirip paylater. Untuk jadi sarjana saja harus ngutang dulu buat beli hp atau motor, eh ini malah ada pinjaman pendidikan yang bisa ngutang buat beli ijazah, saya ucapkan Wellcome to EduFinTech.

Tapi perlu diingat bahwa ini bukan pertama kalinya Indonesia menggunakan skema pinjaman pendidikan ini. Di era Orde Baru pernah di coba juga yang bernama program BPPC (Bantuan Pembiayaan Oleh Kredit) juga pernah dijalankan. Tujuan nya serupa yaitu untuk meringankan biaya pendidikan dan membuka akses lebih tinggi kepada pendidikan untuk semua kalangan.
Niatan nya baik, tapi untuk hasil kita sama-sama tau semuanya gagal total, kenapa? Yaa lagi-lagi sistem nya yang bobrok banget. Banyak mahasiswa yang gk sanggup membayar pinjaman ini setelah lulus. Ujung-ujungnya ijazah di tahan, semangat hidup untuk cari kerja di tahan, dan akhirnya negara pun ikut merugi. Dan akhirnya program ini resmi dihentikan karena dianggap tidak efektif terhadap generasi muda, malah menambah beban kepada mereka yang sudah lulus.

Tapi di versi kekinian, pemerintah mau bekerjasama dengan lembaga keuangan (alias bankir) untuk mensukseskan program ini.
Tapi yang menjadi pertanyaannya dengan bunga berapa? Sistem penagihan nya gimana? Jaminan nya apa? Apa jangan-jangan KTP orang tua juga ikut di sita kalau anaknya telat bayar?

Skenario sangat buruk: mahasiswa yang belum lulus dan kerja sudah di tagih cicilan, cari kerja susah, saingan juga banyak dan juga ijazah gk bisa jadi jaminan untuk dapat pekerjaan. Jika pada akhirnya kita bekerja di luar bidang studi yang tidak sesuai jurusan apakah kita ngutang juga untuk belajar hal yang tidak terpakai sama sekali?

Sangat pahit? Iya emang,skema student loan ini bisa berubah menjadi jebakan betmen yang mematikan di tengah arus yang begitu ketat, bukannya membantu malah menjerumuskan orang yang sekiranya dapat pendidikan yang lebih layak.

Jika S1 hanya formalitas, untuk apa berutang demi gengsi semata?
Jika memang niatnya membantu maka harus ada kemudahan yang diberikan. Memperbesar peluang beasiswa, memperketat biaya regulasi kampus, terutama kampus negeri, harusnya jadi sebuah solusi, dan mensubsidi langsung untuk pendidikan, jadi kenapa pendidikan yang jadi korban lagi di negri ini?
Pendidikan itu adalah Hak Segala Bangsa, bukan barang dagangan. Negara harusnya hadir di tengah-tengah masyarakat yang susah dan menjadi pelindung, bukan makelar. Jika program ini diterapkan sampai kapan generasi muda bisa benar-benar merdeka belajar?

Bagi saya mungkin ini satu-satunya hal agar mahasiswa bisa belajar bertahan hidup dalam jeratan kapitalisme, sejak duduk di bangku kuliah?

Admin Sarekat

Menghidupkan Suara Yang Tersekat di antara suara lainnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *