Kesetiaan Itu Mahal, tapi Stuck di Satu Orang Itu Bahaya, Bakal Susah Buka Hubungan Baru
SAREKAT – TERMINAL, Kesetiaan itu mahal, Bung. Mahal banget. Butuh waktu, tenaga, dan kadang… kewarasan. Tapi lucunya, di tengah segala kemuliaan jadi orang setia, ada jebakan batman yang sering nggak disadari: lo bisa terlalu lama nyangkut di satu orang. Nggak berkembang, nggak bahagia, cuma… nunggu. Kayak preorder barang yang nggak jelas kapan dikirim.
Dan parahnya, banyak yang ngira itu perjuangan cinta. Padahal ya, kadang itu cuma takut sendirian. Bayangin, lo udah bertahun-tahun sama satu orang. Semua momen hidup lo udah ada bayangan dia. Lo hafal cara dia ketawa, lo tahu tone WhatsApp-nya pas lagi bad mood, dan lo bisa nebak dari titik koma dia lagi males bales. Udah level master. Tapi… dia gak pernah bener-bener ngeyakinin. Nggak ada kepastian, cuma harapan dan harapan. Sampai lo capek sendiri.
Tapi lo tetap nunggu. Karena katanya, “yang sabar akan menuai hasil.”
Masalahnya, kalau hasilnya adalah sakit hati… ya berarti lo cuma kebanyakan sabar, bukan salah semesta.
Dan kalau akhirnya kalian pisah, boom—lo mulai dari nol lagi. Kayak buka Excel kosong jam 9 pagi hari Senin. Sakit, kosong, males kenalan lagi, malas jelasin ulang kenapa lo lebih suka teh pahit daripada manis. Akhirnya lo ngebandingin semua orang baru sama dia. Padahal dia aja, nggak lulus audisi jadi orang yang tepat.
Intinya sih gini, setia itu bagus, asal lo tau lo setia sama orang yang juga ngelihat lo sebagai rumah, bukan parkiran sementara. Karena stuck di orang yang salah, itu bukan cinta, itu pengabaian yang lo normalisasi.
Mending belajar sayang sama diri sendiri dulu, daripada keburu tua nungguin yang gak niat.