DPR Usul Gerbong Khusus merokok Jelas Hal Primitif
SAREKAT – TERMINAL, Bapak-bapak dan ibu-ibu yang ada di DPR kaya nya tidak pernah keabisan akan buat bikin masyarakat geram akan kelakuan mereka. Kalau seandainya gk punya ide dan gagasan lebih baik kalian diam saja deh gk usah bikin kebijakan yang aneh-aneh dan yang merusak negara ini.
Baru saja kemarin masyarakat di kagetkan dengan kenaikan gaji dan tunjangan DPR yang sangat tinggi dan membuat pekerja dengan gaji UMR dan dibawah UMR bikin iri hati, memang DPR itu kerja nya apa sih sampai diberi previllage sedemikian banyak nya? Apa seberat kerja kuli harian kah yang gajinya cuma 150 ribu perhari?
Usulan tersebut datang dari fraksi PKB Komisi VI DPR RI, bernama lengkap Nasim Khan. Dalam video nya yang beredar itu, dia malah nyeletuk tentang pentingnya gerbong khusus merokok, dengan alasan yang klasik: Untuk Meningkatkan Pendapat PT KAI katanya.
Contoh yang diambil adalah dari pelayanan bus rute antar kota yang sudah menyediakan area khusus merokok. Menurut dia, PT KAI bisa meniru dan melakukan hal yang sama.
Usulan yang Sangat Primitif Sekali
Bagi saya pendapat ini adalah pandangan yang sangat primitif. Sesudah semua nya di obok-obok mulai dari bidang pendidikan, ekonomi dll fasilitas KAI pun mau di obok-obok sama mereka dan suru mundur lagi kebelakang. Padahal KAI adalah salah satu transportasi yang sudah dibanggakan oleh anak muda dan masyarakat lainnya karena sudah bertansformasi jadi pelayanan yang sangat modern. Jangan lah kalian obok-obok lagi itu KAI, karena sudah tidak ada yang dibanggakan di Indonesia ini.
Kalaupun memberi usulan sudah sejauh mana kalian meriset sampai berani buat usulan seperti ini? Seberapa yakin dan bisa dipertanggungjawabkan usulan tersebut?
Mungkin Nasim memakai logika bus dia kebelet ngudut karena perjalanan kereta yang cukup jauh, yang pada akhirnya dia mengusulkan itu untuk kepentingan pribadi saja.
Apa Nasim mau membuat KAI kembali ke zaman dahulu dimana semua orang bebas masuk stasiun sesukanya, padahal KAI sudah kerja keras membangun stasiun supaya semua nya tertib dan rapih, lalu juga seandainya gerbong khusus merokok itu ada, ketika orang turun dari kereta mau dimana buang puntung rokok nya? Mau di buang sembarangan? Sama saja dong bikin kotor lagi? Harus sampai situ dong pikiran nya, jangan hanya sekedar keegoisan saja.
Menjaga Apa yang Sudah dirombak Total oleh Ignasius Jonan
Transformasi pertama kali yang dilakukan oleh PT KAI adalah Ignasius Jonan yang merombak total stasiun-stasiun yang ada, ketika pertama kali menjabat sebagai Direktur Utama PT KAI Persero. Setahun sebelum ia menjabat pertama kali, 2009 lalu, perusahaan plat merah ini merugi Rp 150 miliar per tahun. Hanya butuh setahun. Jonan berhasil mentransformasi kerugian menjadi pendapatan triliunan rupiah.
Pencapaian luar biasa ini ternyata dimulai dari transformasi sederhana dan cerdas yang berorientasi kepada pelayanan.
Proses transformasi itu dimulai dari memeriksa elemen paling mendasar. Di tahun 2009, Ia menemukan fakta mencengangkan, Kepala Stasiun Gambir hanya digaji Rp 2,7 juta rupiah sebulan.
Selain pelayanan yang ditingkatkan, hal dasar yang ia bereskan adalah toilet, dari sini lah revolusi perkeretaapian berubah total. Kita bayangkan jika kebijakan ini diperlakukan gimana nasib toilet yang benar-benar bersih jadi sarang puntung rokok, jijiknya bukan main.
Bagi saya perlu untuk menjaga kebersihan disetiap gerbong kereta, terutama dari toilet, karena perubahan itu datang dari hal terkecil dulu. Ini ko malah mau menyediakan gerbong khusus merokok, jelas di tolak mentah-mentah oleh masyarakat.
Dukung juga dong kemajuan transportasi publik, bukan malah ngajak ke masa lalu yang kumuh. Kalau usulan nya cuma hal receh begini saja tidak akan pernah ada perubahan.
Lain kali kalau memang gk bisa kerja, gk usah lah nyalon DPR, cuma buang-buang duit doang. Terus kalau bikin kebijakan itu yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat luas.
Dan yang paling urgent itu UU Perampasan Aset buat koruptor tolong dong sah kan, jangan cuma hal receh yang dibahas, gaji kalian itu gede, masa cuma ngurusin hal receh.