Alasan Kenapa Jalan Kaki di Jakarta Lebih Worth It Ketimbang Pakai Kendaraan
SAREKAT – OTOSIRKEL, Kalau kamu tinggal di Jakarta atau pernah main ke sini, pasti paham satu hal ,yup macet adalah budaya, bukan sekadar situasi. Dari jam berangkat kerja sampai jam pulang, jalanan ibukota selalu penuh. Mau naik mobil pribadi yaa siap-siap sabar luar biasa dan memakan bensin yang tak sedikit karena mobil yang terus menyala. Mau naik motor pun tetap kena lampu merah, debu jalanan dan yang pasti juga kena macet. Naik transportasi umum pun harus rela ngantri penuh desak-desakan dan kadang masih jalan kaki juga.
Banyak nya drama di ini, ada satu pilihan underrated yang jarang sekali orang anggap serius, yaitu jalan kaki. Yaa jalan kaki juga bukan sekadar olahraga atau lifestyle sehat ala influencer, tapi memang solusi yang paling realistis untuk beberapa kondisi di kota besar seperti Jakarta. Kenapa? Nih, kita kupas tuntas ke Worth It – tan nya:
1. Macet Itu Bikin Hidupmu Hilang Waktu
Jakarta punya rekor macet yang bikin iri kota-kota lainnya. Bayangin aja untuk jarak 3 km saja, kamu bisa habisin 30-45 menit kalau naik mobil atau motor di jam sibuk. Padahal kalau jalan kaki? 3 km = 30 menit. Sama aja, bahkan sering lebih cepat karena kamu nggak perlu nunggu lampu merah 10 kali.
2. Cuma Butuh Beli Aqua Aja
Isi bensin makin mahal, parkir makin sadis, bahkan ojek online kalau jam sibuk harganya bisa bikin dompet nangis. Jalan kaki cuma butuh beli minum doang, paling mahal 10.000 selebihnya bisa kita beli jajan yang lain. Kalau jalan kaki paling banter, cuma keluar biaya kaya gituan doang.
3. Sehatnya Dapat, Stres nya Hilang
Naik kendaraan di Jakarta = stress. Klakson nggak berhenti, polusi udah kayak kabut tipis, plus drama pengemudi lain yang bikin tensi naik. Jalan kaki bisa buat jantung lebih sehat, kalori kebakar, mood bisa lebih oke. Sesekali bisa nikmatin kota sambil jalan, siapa tahu nemu hidden gem yaitu warung kopi enak atau mural estetik buat foto.
4. Akses Lebih Mudah, Apalagi di Kawasan Padat
Di Jakarta banyak gang sempit atau kawasan padat kayak Tanah Abang, Glodok, atau kawasan perkantoran. Naik mobil atau motor siap ribet parkir dan muter-muter. Jalan kaki jauh lebih fleksibel, nggak perlu mikir “ini bisa masuk nggak, ya?”
5. Polusi Bisa Disiasati
Banyak yang bilang, “Ah, jalan kaki di Jakarta bikin paru-paru rusak.” Nggak sepenuhnya salah, tapi juga bukan alasan mutlak. Pilih jalur pedestrian yang sudah lumayan bagus, seperti Sudirman, Thamrin, atau area dekat MRT. Plus, sekarang masker bukan cuma buat pandemi jadi teman-teman yang pejalan kaki wajib sedia buat pejalan kaki kota besar.
6. Lebih Ramah Lingkungan
Kalau kamu peduli sama isu lingkungan tentang polusi, polusi juga disebabkan karena banyaknya kendaraan yang setiap hari kita pakai, kalau jalan kaki jelas solusi paling hijau. Satu langkah kamu berarti nol emisi. Bayangkan kalau lebih banyak orang pilih jalan kaki jarak dekat, polusi di Jakarta bisa sedikit berkurang.
Worth It Kalau Tahu Cara Nikmatinnya
Jalan kaki di Jakarta memang bukan tanpa tantangan. Trotoar kadang belum ramah, cuaca bisa bikin keringetan, dan polusi masih jadi PR besar. Tapi kalau kamu pintar pilih waktu (pagi atau sore), rute (yang punya pedestrian bagus), dan bawa perlengkapan sederhana (masker, topi, botol air), jalan kaki bisa jadi solusi hemat, sehat, dan anti-macet yang underrated.
Kadang, solusi paling simpel adalah yang paling kita abaikan. Jadi, besok kalau jarak tujuanmu cuma 2-3 km, coba tinggalkan kendaraan, pakai sepatu nyaman, dan rasakan sendiri bedanya.