Kesulitan Kita Sekarang Bukan Mencari Informasi, Tapi Memfilter Informasi
SAREKAT – ESSAY, Di era digital saat ini, informasi tersedia di ujung jari. Satu kali ketik di mesin pencari, kita bisa mendapatkan ribuan hingga jutaan hasil dalam hitungan detik. Teknologi telah membawa kita ke zaman di mana informasi tidak lagi langka bahkan bisa dikatakan melimpah ruah. Namun, kelimpahan ini bukan tanpa risiko. Justru tantangan terbesar kita hari ini bukan lagi bagaimana mencari informasi, melainkan bagaimana memilah dan memfilter informasi yang benar, akurat, dan relevan.
Kita hidup di tengah banjir informasi, atau yang dikenal dengan istilah information overload. Setiap hari, kita disuguhi berita, opini, data, dan klaim yang tersebar lewat media sosial, grup percakapan, situs web, hingga platform video. Di antara derasnya arus ini, tidak semuanya dapat dipercaya. Banyak informasi yang bersifat hoaks, bias, atau bahkan sengaja disesatkan untuk kepentingan tertentu.
Apa lagi AI sudah berkembang sangat pesat kita harus pintar-pintar memilih dan memilah informasi dan data. Namun AI pun sekarang bukan sekedar informasi lagi, tapi sudah merambah ke ranah dunia nyata. Ia bisa jadi sumber yang tak dapat kita tandingi karena perkembangan nya cukup pesat, bahkan ia pun bisa meniru dan memanipulasi kita dengan nyata.
Situasi ini juga diperparah oleh algoritma media sosial yang dirancang untuk memperkuat apa yang ingin kita lihat, bukan apa yang perlu kita ketahui. Alhasil, gelembung informasi tercipta, mempersempit pandangan dan memperbesar potensi kesalahan persepsi. Orang tidak lagi mencari kebenaran, melainkan konfirmasi terhadap keyakinan yang sudah dimiliki. Di sinilah muncul kebutuhan mendesak akan kemampuan literasi digital dan berpikir kritis.
Memfilter informasi tidak sesederhana memilih yang menarik dan mengabaikan sisanya. Ia memerlukan keterampilan menilai sumber, memahami konteks, membaca secara mendalam, serta membandingkan berbagai sudut pandang. Tanpa keterampilan ini, seseorang mudah terjebak dalam disinformasi, mengambil keputusan yang keliru, atau bahkan menyebarkan informasi salah ke orang lain.
Dalam dunia yang begitu terhubung ini, tanggung jawab menyaring informasi bukan hanya milik individu, tetapi juga institusi pendidikan, media, dan pemerintah. Pendidikan harus menanamkan literasi informasi sejak dini. Media harus menjaga integritas dan akurasi. Sementara pemerintah harus aktif membangun ekosistem informasi yang sehat, tanpa jatuh pada pembatasan kebebasan berekspresi.
Pada akhirnya, kita tidak lagi hidup di zaman yang kekurangan informasi. Tapi kita hidup di zaman seleksi informasi. Kemampuan untuk memfilter informasi adalah kunci untuk bertahan, berkembang, dan membuat keputusan yang bijak di era digital. Dan itu adalah keterampilan yang harus kita miliki bersama sebagai individu, sebagai masyarakat, dan sebagai bangsa.